Senam
Lansia untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia
Usia
lanjut adalah tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia (Siti
Maryam, dkk. 2008). Dalam memasuki usia lanjut, lansia mengalami beberapa
perubahan, meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Dari perubahan
fisik, salah satunya adalah perubahan pada system kardiovaskuler yaitu tekanan
darah. Tekanan darah adalah daya yang di perlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, yaitu usia, stress, ras,
medikasi, dan jenis kelamin (Potter & Perry, 2005). Hipertensi merupakan
suatu kelainan yang sangat sering terjadi pada manusia. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi merupakan kondisi dimana tekanan darah sitolik sama dengan atau
lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg.
Kejadian
hipertensi banyak terjadi pada lansia. Masyarakat menganggap lansia sebagai
manusia yang lemah, tidak mampu, sering sakit yang menyebabkan segala
aktivitasnya dibatasi. Kondisi ini dapat diperparah oleh tidak adanya waktu,
tempat dan kesempatan bagi lansia dalam melakukan aktivitas. Menurut Depkes RI
(2010) hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia.
Menurut
Made Astawan, mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh ACE (angiostensin I). ACE memegang peran
fisiologis dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume
urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
Terapi
pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua kategori yaitu terapi farmakologis dan non-farmakologis.
Salah satu penatalaksanaan dari terapi non-farmakologis adalah melakukan
olahraga secara teratur. Jenis olahraga yang bisa dilakukan oleh lansia antara
lain adalah senam. Latihan dan olahraga pada usia lanjut dapat mencegah atau
melambatkan kehilangan fungsional. Bahkan dari beberapa penelitian menunjukkan
bahwa, latihan/olahraga senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko
penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit arteri koroner dan
kecelakaan (Darmojo, 1999).
Berdasarkan
jurnal penelitian tentang pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi, semua sampel adalah penderita
hipertensi. Tekanan darah awal rata-rata 150/100 mmHg. Setelah dilakukan senam
lansia selama beberapa minggu secara teratur, terjadi penurunan yang signifikan
yaitu rata-rata menjadi 140/90 mmHg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senam
lansia mampu menurunkan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi dan
mampu merilekskan pembuluh darah. Latihan olahraga jantung meningkatkan curah
jantung yang juga akan berpengaruh pada tekanan darah manusia.